Tuesday, June 7, 2011

Fungsi Sungai

Ditulis oleh: M. Nasihin Greeyhink

Sungai sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir, karena fungsi-fungsinya untuk transportasi, sumber air bagi masyarakat, perikanan, pemeliharaan hidrologi rawa, dan lahan basah. Sebagai alat angkut, sungai membawa sedimen (lumpur, pasir), sampah, dan limbah serta zat hara, melalui wilayah pemukiman ke terminal akhirnya yaitu laut. Dampaknya adalah terciptanya dataran berlumpur, pantai berpasir, dan bentuk pantai lainnya. Seandainya debit sungai berkurang dan beban penggunaannya makin banyak, maka kualitas air semakin menurun sampai titik resiko yang membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Lampung mempunyai 5 sungai besar dan sekitar 25 buah sungai kecil, yang membentuk 8 Daerah Aliran Sungai (DAS), dapat dilihat pada Peta DAS-DAS Utama Propinsi Lampung. Lima sungai besar tersebut ditetapkan menjadi 3 (tiga) Satuan Wilayah Sungai (SWS). Ketiga SWS tersebut adalah Way Mesuji - Way Tulang Bawang; Way Seputih - Way Sekampung; dan Way Semangka.

Sekitar 80% sungai-sungai di wilayah Lampung mengalir ke arah timur dan bermuara di Laut Jawa, seperti Way Mesuji, Way Tulang Bawang, Way Seputih, dan Way Sekampung. Sedangkan Way Semangka bermuara di Teluk Semangka.

Lahan basah utama yang terdapat di Lampung adalah Rawa Jitu, Rawa Pitu, dan Rawa Sragi yang sebagian besar ada di wilayah Timur dan Timur Laut Propinsi Lampung. Fungsi-fungsi lahan basah ini antara lain: sebagai perikanan air tawar, menahan pasang air laut, sebagai kolam raksasa pencegah banjir, dan tempat suaka aneka burung air.

Sungai-sungai di Pantai Timur berkaitan erat dengan 207.800 hektare rawa dan paya-paya yang pernah ada. Sebagian besar rawa dan paya-paya ini telah diubah menjadi lahan pertanian atau perkebunan dalam program transmigrasi besar-besaran. Sungai-sungai di wilayah Teluk Lampung dan Pantai Barat umumnya memiliki daerah tangkapan air yang sempit, karena daerahnya yang terjal atau berlereng (pengaruh pegunungan Bukit Barisan). Daerah ini termasuk tipe berenergi tinggi.

Sebagian besar sungai-sungai di Lampung memiliki debit air yang kecil. Hanya Way Mesuji, Way Tulang Bawang dan Way Sekampung yang memiliki debit lebih besar dari 100 m3/detik. Semua sungai, kecuali beberapa di Pantai Barat, mempunyai variasi debit air yang nyata. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh musim terhadap sungai-sungai tersebut. Pasang naik di Pantai Timur dapat mendesak air payau ke hulu sejauh 40 - 50 km selama musim kemarau. Hal ini mengakibatkan terjadinya intrusi air laut ke dalam air tanah di daerah-daerah konversi rawa.

Kondisi Alam Provinsi Lampung

Ditulis oleh M. Nasihin 'Greeyhink'

Provinsi Lampung seluas 35.376,50 km2 terletak pada garis peta bumi: timur-barat di antara 105o 45' serta 103o 48' bujur timur; utara selatan di antara 3o dan 45' dengan 6o dan 45' lintang selatan. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah kabupaten Lampung Barat.

Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:

  • Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2
  • Way Semaka (Semangka), panjang 90 km, c.a. 985 km2
  • Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2
  • Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2
  • Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2
  • Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2

Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.

Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah :

  • Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
  • Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
  • Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
  • Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2

Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya :

  • Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
  • Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
  • Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
  • Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
  • Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
  • Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2

Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.

Friday, June 3, 2011

Hemat Air dengan Pertanian Organik


Pertanian merupakan kegiatan yang paling mendasar di dunia karena setiap orang butuh bahan pangan. Isu ketahanan pangan saat ini menjadi sorotan karena faktor bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun,dan pengaruh perubahan iklim yang berdampak pada menurunnya produktifitas pertanian.

Revolusi hijau yang telah digalakan pada tahun tujuh puluhan sebagai bentuk peningkatan produksi pertanian untuk mencapai swasembada memang memberikan dampak positif pada tahunnya. Intensifikasi pertanian dengan penggunaan pupuk kimia, adalah bentuk kebijakan era revolusi hijau dalam menggenjot produksi yang dihasilkan. Kondisi yang terjadi saat ini menuntun petani untuk kembali pada konsep kuno sebelum era revolusi hijau, karena lahan tempat bercocok tanam yang selalu dijejali pupuk kimia membuat tanah menjadi rusak, residu kimia yang ditinggalkan pupuk anorganik sudah banyak menumpuk, mikroba pengurai mulai hilang dan kemampuan tanah dalam mengikat air menurun.

Sebelum era revolusi hijau keseimbangan ekologi sangat terjaga. Petani tempo dulu menggunakan bahan organik sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman dan tanah pada lahan pertanian. Membuat ramuan pestisida organik untuk mengendalikan hama atau penyakit yang menyerang tanaman. Warisan yang arif dan ramah lingkungan.

Bahan organik yang diberikan pada lahan pertanian membantu meningkatkan unsur hara dalam tanah, meningkatkan daya ikat air serta memberikan lingkungan yang baik bagi kehidupan mikroba pengurai yang membantu proses penyuburan tanah. Tanaman hortikultura akan lebih baik dan sehat dengan konsep pertanian organik. Begitu pula dengan tanaman pangan seperti padi.

System of Rice Intensification (SRI) merupakan pilihan yang tepat untuk bertani padi hemat air. SRI membutuhkan perlakuan yang ramah lingkungan dengan suplai bahan organik, dan penggunaan air yang sedikit adalah syarat untuk memperoleh produksi padi yang bagus dan sehat tentunya.Teknologi SRI bahkan bisa meningkatkan hasil produksi padi sampai 15 %, Jika rata-rata produksi biasanya 5,1-5,2 ton, dengan SRI bisa mencapai 7,3-7,5 ton/ hektar. Pertanian organik ternyata lebih toleran terhadap perubahan iklim yang terjadi dimasa ini. Prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan prinsip perlindungan pada sistem pertanian organik akan bisa memberikan solusi atas isu ketahanan pangan, isu energi, dan isu perubahan iklim.



Thursday, June 2, 2011

Berguna tapi sia-sia..

Berguna tapi sia-sia..

Ngomongi infrastruktur di negeri ini bakal ngak ada habisnya, yang di kota juga yang di desa. Sebagai rakyat yang taat membayar pajak tentu kita juga punya hak untuk meminta kepada pemerintah untuk bisa memberikan fasilitas khususnya infrastruktur yang bermanfaat untuk hajat hidup rakyat. Jalan untuk transportasi dan distribusi, Irigasi untuk air yang adil, dan banyak lagi atas apa yang kita inginkan.

Ada pengalaman yang menarik tapi juga memilukan, saat tahun 2008 yang silam aku bertugas dalam pendampingan kelompok masyarakat disebuah kampung kecil yang masih menyandang predikat desa IMPRES , klo dah IMPRES dalam benak setiap orang pasti identik dengan kemiskinan dan ketertinggalan.

'Fajar Asri' nama kampung itu, singkong dan jagung adalah komoditi andalan. Saat pertama aku berjalan menyusuri setiap sudut kampung, aku memjumpai bangunan-bangunan kecil yang kondisinya tak terurus lagi. Atapnya yang hilang, pagar besinya yang mengarat..dan halamanya yang ditutupi alang-alang. Aku bertanya dengan dua orang bapak yang mendampingi ku ' Bangunan apa ini Pak?, dari beberapa dusun yang kita lalui sudah saya jumpai 8 bangunan serupa yang saya lihat, Si Bapak menjawab ' Ini adalah bagunan Sumur Bor dari pemerintah, proyek air tahun 1995, tapi ngak bisa dimanfaatkan lagi'.

'Ngak bisa dimanfaatkan lagi' makin membuat tertarik keingintahuan ku tentang bangunan berguna tapi sia-sia itu. Sumur Bor itu dibuat dengan tujuan untuk bisa memberikan suplai air bagi para petani tanaman pangan dan horti yang ada di kampung Fajar Asri. Dengan kedalaman rata-rata sumur 75 meter dan juga diberikan fasilitas mesin pemompa air yang lengkap dan yang pasti Ratusan juta tuh uang dikeluarkan. Namun dari informasi yang ku dapat dari warga dan juga pamong kampung hanya ada dua unit sumur saja yang bisa dipakai itu pun dengan biaya oprasional yang ngak sedikit untuk ukuran kantong petani kecil Fajar Asri.

Untuk bisa mengaliri 0,25 ha lahan pertanian butuh bahan bakar diesel 10 liter. Dan hanya dua unit sumur itu saja yang sumber airnya bagus. Aneh..dalam setiap proyek pembangun baik jalan, irigasi, atau sekalipun pasti adalah sebelumnya riset atau master plannya. Kok bisa 8 unit sumur hanya 2 unit saja yang ada sumber airnya.

Ironisnya lagi pemerintah memberikan bantuan 8 unit sumur Bor bagi masyarakat petani Fajar Asri tetapi tak satu orangpun warga dibekali pengetahuan teknis tentang pengelolaan sumur bor yang baik. Yah..itulah yang terjadi, Ngasih Bangunan yang berguna tapi sia-sia saja. Semoga kejadian ini tak berulang kali terjadi di wilayah lain..