Friday, April 13, 2012

Surat Untuk Presiden "Protes Kegagalan Pengelolaan Sungai Indonesia"

Jakarta, Jumat 13 April 2012

Perihal : Protes Kegagalan Pengelolaan Sungai Indonesia

Kepada Yth
DR H Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Republik Indonesia
DI Jakarta

Salam Lestari,

"kami prihatin terhadap fakta kerusakan sungai di Indonesia mengacu pada evaluasi dan Hasil pelaksanaan Pemantauan Kualitas Air 33 Propinsi Tahun 2011 oleh Pusarpedal -KLH yang disampaikan dalam rakernis PKA 33 Provinsi di Jaya Pura, Papua.
dari 51 sungai yang dipantau di Indonesia 62, 74% masuk kategori tercemar Berat, 31, 37% tercemar Sedang-berat, 3,92% tercemar ringan-sedang dan hanya ada satu sungai yang memenuhi standar baku mutu.
Selain pencemaran, saya juga merasa prihatin dengan semakin hilangnya sumber-sumber mata air di kawasan Hulu terutama di Jawa. Pada Kali Brantas Tercatat selama 8 tahun (2000-2008) telah terjadi pengurangan luas hutan dari sekitar 80.000 Ha menjadi sekitar 40.000 ha (terjadi pengurangan 50% luas hutan dalam kurun waktu 8 Tahun). Penurunan luas hutan ini diyakini menurunkan jumlah mata air yang ada di Hulu DAS Brantas.

Kerusakan Hutan
Melalui Surat ini saya juga ingin menyampaikan Keprihatinan hati Teman dan Guru Saya Bapak Amien Widodo Pakar Tanggap Bencana Jawa Timur yang juga Dosen ITS Surabaya, menurut beliau : Penebangan hutan besar-besaran menyebabkan tanah di lereng semakin lama tidak terlindungi. Awalnya dimulai dengan kekeringan, berkurangnya mata air dan terjadi peningkatan aliran air permukaan yang akan diikuti peningkatan intensitas erosi tanah permukaan yang bisa mencapai ribuan kali lipat. Air permukaan mengerosi tanah dan akan membawa tanah ini masuk ke badan sungai sehingga terjadi sedimentasi. Sedimentasi akan mendangkalkan sungai sehingga saat turun hujan berikutnya alur sungai tidak muat dan air akan meluap sebagai banjir. Dampak penggundulan hutan yang paling mengerikan adalah terjadi longsor dan diikuti banjir bandang. Pada tahun 2002 terjadi hujan dengan intensitas sangat tinggi di Indonesia sehingga terjadi longsor dan banjir bandang dengan intensitas sangat besar di beberapa tempat di Indonesia. Tahun-tahun berikutnya terjadi pengurangan separo lebih dari jumlah sumber air (mata air) dan peningkatan intensitas bencana erosi, longsor, banjir, banjir bandang dan angin puting beliung.

Penggundulan hutan juga mengakibatkan berkurangnya habitat bagi fauna-fauna yang dulunya tercukupi makanannya menjadi berkurang sehingga untuk kelangsungan hidup fauna-fauna tersebut,”mereka” bermigrasi mencari habitat baru yang saat ini sudah digunakan sebagai permukiman. Ingat beberapa tahun lalu di Sumatra ada gajah, babi hutan masuk ke permukiman, ada pula monyet, kelelawar (kalong), burung-burung dan lain-lain. Beberapa waktu yang lalu habitat kupu-kupu mulai terganggu sehingga berpindah ke vegetasi di permukiman dengan jumlah yang lebih besar dari biasanya. Berita terakhir terjadi pnyerangan segerombolan kera terhadap perkebunan dan penduduk seperti yang terjdi di Pasuruan dan Lampung. Sebetulnya penghuni hutan itu sangat banyak dan beragam, baik yang berukuran makro maupun yang berukuran mikro. Kalau kita tidak segera melakukan tindakan-tindakan bijak maka dikhawatirkan penghuni berukuran mikro seperti bakteri dan atau virus akan turun mencari habitat baru di permukiman sehingga akan menimbulkan masalah besar di kemudian hari.

Dampak sistemik pencemaran Sungai berupa punahnya beberapa jenis ikan yang ada di beberapa sungai di Indonesia, di Sungai Brantas kami sudah merasakan hilangnya beberapa spesies ikan seperti Jambal, Papar/Belida dan Bulus, hal yang sama juga dirasakan di Way Seputih Lampung dan beberapa Sungai lainya di Indonesia.
Dampak lainnya yang dirasakan adalah berubahnya fungsi sungai sebagai tempat sampah dan sungai sebagai WC (toilet) umum karena lemahnya implementasi kebijakan pengelolaan Sungai Oleh Pemerintah republik Indonesia.

Semua peradaban di Bumi ini umumnya dimulai dari sungai, karena sungai adalah sumber peradaban. “Beradabnya sebuah bangsa tercermin bagaimana Negara memperlakukan dan mengelolan Sungainya”.

Kami menilai bahwa hal ini adalah bentuk kelalaian Pemerintah republik Indonesia yang gagal mengelolah sungai di Indonesia dan kegagalan Presiden Republik Indonesia untuk menjaga kelestarian dan fungsi ekologis Ekosistem Sungai sehingga menciderai hak-hak generasi yang akan datang untuk menikmati ekosistem sungai yang ada Di Indonesia.

Sebagai Warga Negara Saya mendorong Presiden Republik Indonesia untuk melakukan Kerja kongkret untuk mengembalikan fungsi ekologi Sungai di 33 Propinsi di Indonesia melalui, KAMPANYE NASIONAL PEMULIHAN SUNGAI DI INDONESIA.

bentuk-bentuk kegiatan yang bisa dilakukan dalam kampanye ini adalah :
1. menentukan dan menetapkan daya tampung beban pencemaran 51 sungai yang telah di pantau sebagaimana amanat PP 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian Pencemaran air
2. menetapkan melalui perpres tentang kelas peruntukkan 51 Sungai di Indonesia
3. Melakukan upaya pemulihan kualitas air Sungai di 33 Propinsi melalui relokasi sumberpencemaran domestik dan industri (manufaktur, industri Kehutanan dan tambang) yang memberikan kontribusi besar kerusakan sungai di Indonesia
4. Moratorium pencemaran sungai
5. Menggunakan parameter pemantauan kualitas air yang mudah, murah dan dapat dilakukan secara massal seperti menggunakan makroinvertebrata dan serangga air serta ikan sebagai indikator kualitas air.
6. Memulihkan ekosistem Sungai di 33 Propinsi yang mengalami pencemaran dan kerusakan agar dapat kembali berfungsi secara ekologis untuk mendukung kehidupan keanekaragaman hayati di Sungai-sungai yang ada di 33 Propinsi di Indonesia,

7. mengusulkan Penetapan Ketahanan Air sebagaimana Ketahanan Energi dan Ketahanan Pangan sehingga bisa diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan ke depan. Harapannya segera diikuti rencama aksi, salah satunya penetapan kawasan RESAPAN MUTLAK yg hanya digunakan untuk hutan, hutan dan hutan.

”Hutankan gunung selamatkan air, selamatkan tanah, selamatkan biomassa, selamatkan ekosistem dan selamatkan masa depan”

8. memasukkan masalah pengelolaan sungai kedalam kurikulum Sekolah/mengintegrasikan, hal ini menjadi tanggungjawab negara untuk memberikan informasi dan pendidikan kepada anak/pelajar

Prigi Arisandi
Warga negara Republik Indonesia
Jl Raya Bambe 115 Driyorejo Gresik 61177 Jawa Timur
NIK : 352515 240176 0001
HP : 081 750 33042
Email : prigi@gardabrantas.com

Monday, February 6, 2012

Identifikasi Ikan di Way Seputih

Anggota dan kader dari badan teritorial (BT) Telapak Lampung melakukan kegiatan identifikasi ikan di sungai Way Seputih. Kegiatan identifikasi ikan merupakan upaya untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang masih bertahan di Way Seputih. Pelaksanaan identifikasi ikan telah dimulai dari wilayah hulu Way Seputih.

Disampaikan Ade Ma'mun, Anggota Telapak dari BT Lampung" Sementara ini telah teridentifikasi sekitar 12 jenis ikan di wilayah hulu aliran sungai Way Seputih, kegiatan ini akan berjalan secara estafet dari hulu, tengah, hilir hingga ke muara Way Seputih, kami juga akan melibatkan Fans dari radio komunitas (Rakom) Bimantara FM yang telah membentuk komunitas peduli sungai (Kompi) Bimantara," Ujarnya.

Jenis ikan yang sementara ini telah ter-identifikasi diantaranya ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata), Patin (Pangasius), Baung (Hemibagrus), Bader Merah (Osteochillus hasseli), Sepat (Tricogaster trichopterus), Sepat siam (Tricogaster pactoralis), Gabus (Channa stariata), Sili (Macrognathus circumcintus hora), Lunjar padi ( Rasbora argyrotaenia), Tawes (Barbonymus gonionotus), Betik (Anabas testudineus), Belut (Monopterus albus), Gurami (Osphronemus goramy) dan beberapa jenis Crustacea seperti udang.

Disampaikan Febrilia, Pegiat Sungai Way Seputih," Memasuki musim penghujan antara bulan Februari hingga juli jenis-jenis ikan di Way Seputih akan muncul semakin banyak, yang menjadi salah satu ciri khas Way Seputih itu adalah ikan Betutu dan Sidad atau lebih dikenal dengan nama Pelus, kegiatan identifikasi ini juga bisa menjadi analisa keberadaan jenis dan kondisi ikan yang masih ada di Way Seputih," Ungkapnya.

Wednesday, October 26, 2011

Seperempat Ke-1 Perjalanan Air Ku..


Saat ini aku akan menulis dengan gaya santai ku, lepas dulu lah atribud yang lain. Akan ku tuangkan seperempat perjalana pertama ku untuk Way Seputih di blog yang dibangun dan diperuntukan pada sebuah komunitas kecil yang bercita-cita menjadikan sungai ku kembali jernih, tenang dan lestari.

Ku mulai dari perjalanan pertama ku di hulu..
Ada gunung, ada hutan lindung, ada hutan marga, ada hijau dan adapula kegersangan di sana..
ada batubara, ada pospat, bahkan ada juga yang mengatakan di dalam perut gunung register 39 Kota Agung Utara dan Reg 22 Way Waya ada emas dan intan, semoga tidak ada kaulo ada bakal habis tuh gunung, dan bakal hilang tuh yang namanya hulu...

Menceritakan lagi dari cerita masyarakat di hulu tentang HL Reg 39 KAU, itu daerah tangkapan air utama bagi si DAS Way Seputih sekaligus habitat dari berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Kalau dari pernyataan warga di gunung sih taon 2007 lalu ada seekor harimau terperangkap jerat milik pemburu di hulu sungai kali pasir..beruntung si harimau bisa lepas dari jerat dan hanya meninggalkan beberapa helai bulu dan bekas jejak saja, kalau samapi kena wah..ngak tau deh gimana nasibnya si Pantera tigris sumatrensis alias mbah rimba itu..

Selain si raja rimba ada juga tuh di HL Reg 39 KAU beruang madu, tapir, siamang, trenggiling, babi hutan, rusa, kijang, rangkong, macan akar dan macan dahan pasti ada banyak lagi deh satwa lain dari yang kecil sampai yang besar apalagi jenis serangga..

Kalau tumbuhan nih yang menarik dan mejadi dayatarik sehingga orang jadi tertarik (terserah engelnya dari mana), ada beberapa famili pohon Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Annaonaceae, Neolitsia cassianeforia, Psychottria rhinocerotes, Areca sp, Globba pendela..ya kira-kira hampir sama dengan tumbuhan di hutan hujan bukit TNBBS gitu..

Cerita tragis untuk sebuah ekosistem di HL Reg 39 KAU, itu berawal munculnya era reformasi taon 98-99 lah, perambahan dan pembukaan lahan terjadi besar-besaran di kawasan HL Reg 39 KAU oleh masyarakat seiring dengan maraknya isu tentang hutan kemasyarakatan (HKM), penebangan kayu dan pembukaan lahan perkebunan dan pertanian marak dilakukan secaera besar-besaran dan tak terkendali, jelas-jelas mengusik dan merusak habitat satwa dan tubuhan..

Ya muncul deh yang namanya degradasi lahan di HL Reg 39 KAU, wah jangan sampai masyarakat tak paham bahwa degradasi yang terjadi di hulu DAS akibat aktivitas manusia bisa mengganggu proses hidrologi yang berdamapak pada hilangnya kesetabilan debit air...

Tugas hulu itu memberikan suplai air yang cukup untuk tengah dan hilir, ya.. sepanjag air mengalir lah. Hulu itu didisain oleh Tuhan YME menjadi bank air dan masyarakat dipersilahkan menabung, menanam saham dan menjaga saldonya dengan baik dalam bentuk tanaman yang memiliki nilai konservasi tinggi, ya yang bisa mengikat air deh bukan tanaman yang bisa menghabiskan air..jangan jadikan hulu seperti salon rambut (potong, cukur, gundul).

Tapi tatap saja ada yang membuka salon rambut di kawasan HL Reg 39 KAU, wong kayu-kayu besar dah banyak yang hilang, gaharu hitam yang paling terkenal di HL Reg 39 pun tak bersisa, berganti komoditi tanaman kebun dan pangan nampaknya. Terasa sekali saat ini dampak degradasi lahan hutan, debit air pun menurun derastis bahkan di hilir pun terasa sekali dampaknya. untuk hilir disave dulu buat seperempat ke-2 catatan perjalanan air.

Kawan-kawan dari Pam Swakarsa dan Polhut juga berbagi informasi tentang penertipan dan penurunan para perambah, belum lama ini terjadi di HL yang ada di Marga Jaya Kec Pubian, perambah yang datang sebetulya bukan warga asli Marga Jaya tapi warga yang datang dari wilayah lain di luar Marga Jaya. Ada sebablah mengapa para perambah nekat membuka lahan di hutan kawasan..itu bisa dibaca pada rubrik opini Publikrakatau.com.

Yang terpenting untuk penyelamatan hulu adalah membuat suatu skema pengelolaan yang terintegrasi melalui pendekatan partisipatif kepada masyarakat dengan melibatkan stakeholder dalam pengelolaan dan penyelamatan kawasan hulu yang juga bisa menjadi solusi dalam mengatasi aktivitas perambah . Kebijakan tata ruang harus dimainkan dari hulu maupun sampai hilir. To be continue ke seperempat perjalanan air ke-2 untuk wilayah tengah DAS Way Seputih.











Thursday, October 13, 2011

Intrusi, Resiko Pahit bagi Penduduk Muara

Intrusi atau naiknya air garam ke permukaan kembali terjadi di wilayah muara DAS Way Seputih , Masyarakat yang tinggal di Kampung Cabang Kecamatan Bandar Surabaya merupakan daerah muara way seputih yang berbatasan langsung dengan laut jawa harus mengalami kondisi ini tiap tahun.

Intrusi pada tahun ini terjadi hampir 3 bulan ini, dan paling parah dirasakan dampaknya yaitu pada pertengahan September hingga saat ini. Tanaman-tanaman semusim yang diusahakan oleh petani kuala seputih mengalami kematian karena tingginya kadar air garam yang naik ke permukaan, Produksi padi pada lahan pasang surut pun mengalami kemerosotan bahkan sampai gagal panen. Rata2 produksi padi pada lahan pasang surut mencapai 5 ton/ha kini hanya menghasilkan 2-3 ton saja per hektarnya. Kondisi ini membuat prihatin masyarakat di Kampung cabang, karena akan berakibat pada ancaman rawan pangan. Tingginya kadar air garam yang naik ke permukaan juga membuat Populasi tanaman enceng gondok yang tumbuh liar di muara Way seputih mengalami kematian. Aktifitas pertanian di lahan pasang surut kuala seputih sementara ini mengalami kelumpuhan.
Petani belum berani untuk bercocok tanam meski mulai turun hujan, karena intrusi masih terjadi.

Hasil tangkapan ikan para nelayan di kuala seputih pun juga menurun, bahkan banyak nelayan enggan mencari ikan karena hasil tangkapan yang diperoleh tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Intrusi merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi di wilayah yang berdekatan dengan perairan laut.

Tak ada yang bisa diperbuat oleh penduduk yang bermukim di kawasan muara karena pada kondisi tersebut untuk beraktifitas cocok tanam sia-sia saja. Wajar bila ancaman kelaparan atau rawan pangan selalu menghantui warga di daerah muara karena apapun yang diusahakan dalam bidang tanaman pangan harus berhadapan dengan resiko Intrusi yang terjadi.

Wednesday, October 5, 2011

Si Tuyul Penghisap Air

Kampungku yang berada di tepi Hutan Rigister 39 yang berada di Hulu Way Seputih adalah penghasil Kopi,Ladah,Kakau dan Padi yang dihiasi Palawija.
Masyarakat yang ramah tekun bekerja, gigih dalam mengelola lahan, semangat dalam mencari Nafkah untuk Keluarga.

Sawah,Ladang,Pematang dan lembah menghijau.
Sawah,Mata Air,Parit dan Sungai Airnya Mengalir Jernih Sejernih embun di pucuk dedaunan.
tapi kini semua itu mulai berangsur –angsur berubah dan surut,
setelah hadirnya tanaman Sawit yang menginfasi di wilayah ku.

Masyarakat mulai tergiur dengan mahalnya harga sawit.
Ironis, Masyarakat dengan semangat dan harapan yang menggebu- gebu Membabat habis Kayu,Kopi,dan lanjaran Ladah di Kebunya, untuk di ganti dengan tanaman Sawit.
Itu semua karna mereka melihat rekan taninya yang berhasil bertani Sawit.

Ingatlah, bahwa Sebenarnya mereka yang berhasil itu karna bertaninya tidak tanggung-tanggung , mereka Memiliki dua,tiga hektar sehingga Pantas akan keberhasilannya.
Tapi ingat Kalo bertani sawit hanya Seperempat atau hanya setengah Hektar saja mungkinkah bapak tani itu kan berhasil seperti yg punya 2,3 Hektar ?.
Menurut pendapat ku untuk biyaya perawatannya saja kayaknya pas pasan aja tuh!!


Belum lagi bila sawit itu sudah tak Produktif /tak berbuah lagi. Bayangkan Lahan yang bekas kebun sawit penuh dengan akar, tak mungkin bisa lagi dibajak atau di pacul secara tradisional dalam jangka waktu dua,tiga tahun karna rapatnya akar sawit. belum lagi merobohkan pohon sawit perlu biyaya tinggi.
Belum terbayang lagi biyaya angkutnya sampai ke pabrik perlu ongkos tinggi karna kita berada di pegunungan .

Tanpa mereka sadari mereka telah memelihara TUYUL AIR Penghisap Darah Bumi karna
menurut Analisa para ahli Katanya sih !, Sebatang Sawit yang sudah Produksi Perharinya membutuhkan 15 Liter air untuk dihisap tanpa di keluarkanlagi sebagai cadangan air hari esok.
AYo DONG!, Bantuin Aku Bayangin!,

Untuk saat ini dari Kecamatan Padangratu Sampai Kehulu Way Seputih Sudah jutaan Pohon sawit yang mulai ber bunga, Jadi kalau kita hitung 15 liter Kali Jutaan Pohon sudah barang tentu Meliaran Liter perharinya yang di hisap sama si TUYUL AIR tersebut.


Wahhhhhhhhhhhh Kayanya 4 Sampe 5 Tahun Kedepan Way Seputih bisa Kering Deeeeeeeh...........
bila tidak ada gerak nyata dari dermawan para pencinta lingkungan.







"REGISTER 39 HULUKU"

Register 39 adalah sebagai ubun-bun Ku
Hutan register adalah paru-paru hidupku.

Hidupku sangat tergantung pada lestarinya Hutan Register 39 karna disanalah paru-paru dan Jantung kehidupanku berdetak.
kini di saat kemarau panjang ribuan Orang mendambakan dan rutin mengunjungi Aku dikala Sumur mereka pada kekeringan.

Pagi,Siang,dan Sore. tak henti-hentinya orang-orang datang ber bondong-bondong mengambil airku demi keberlanjutan hidupnya.
namun kamipun sangat mengharap uluran tangan-kepedulian atas keberlanjutan hidup ku.
akankah air kehidupan ku ini mencukupi untuk selamanya hingga anak cucu mereka.

Hay................orang-orang yang peduli akan keberlanjutan hidupku,aku memohon sediakanlah setok air untuk kupersembahkan pada mereka yang sangatmendambakan.
lindungilah kelestarianku.

Kini yang kurasakan sepanjang tubuhku menggeliat kepanasan
terkikis karna pelindung tubuhku telah banyak hilang,malu rasanya bila tubuhku telah bugil tanpa hiasan seepanjang aliranku melaju. ,,,,,,,,
ayo benahi aku karna aku akan berjanji padamu aku kan ramah pada siapapun yang ramah padaku dan sebaliknya aku kan murka bila aku selalu diu sakiti dan di sia-siakan..................

Way Seputih Nama Ku utuh dari hulu hingga Muara >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

KENANGAN MANIS MASALALU DI WAY SEPUTIH


'Cerita ini berawal dari kesedihan seorang Bocah Tempo Dulu
dikala masa sekarang ia melihat seputih yg sangat memprihatinkan.'


Dulu ketika Aku masih kecil
ayahku sering mengajak Aku bermain,Mandi dan Mencari ikan untuk
kebutuhan makan sekeluarga.
Dulu bila Aku dan Ayahku mau nyebrang way seputih aku harus membawa
sebilah bambu atau kayu untuk menahan derasnya Air bila tak ingin
terbawa hanyut sekali pun di musim kemarau.
Tapi kini jangankan Orangtua Anak Kecil seusia kelas 2 SD pun Dapat
berlari2 menyebrangi Way seputih tanpa ada rasa takut Hanyut Karna
airnya sudah dangkal dan Surut.
Dulu jika aku berangkat mencari ikan dikala ibu mencuci beras
untuk di tanak.ketika ibu belum selesai menank nasi aku dah kembali
membawa ikan yang cukup untuk di makan
sekeluarga
Tapi kini jangankan hanya selama ibu menanak nasi seharianpun
takan mengenyangkan kami sekeluarga.
Dulu Ikan ikan besar sering menampakan diri
tapi kini jangankan ikan besar ikan kecilpun enggan menampakan diri
...................

KENAPA ? Ingintau Jawabannya ?,,,,,,,,,,,,


Air yang dulu Deras Kini jadi Surut...................
Karna Hutan Hutan dihulu way seputih sudah Pada Gundul..
Ikan Ikan yang dulu banyak dan besar besar kini Tiada.................
Karna Yang menangkapnya sudah banyak yg mempergunakan alat tak ramah
lingkungan,Racun,Setrum dan Bidamit..........


Kini banyak Anak anak yang sudah tida tau nama
nama Ikan yang dulu bermukim di Way seputih.

INGIN TAU NAMA NAMA IKAN DI WAY SEPUTIH,,,,,,,,,,?
1.Kancra
2.Julung2
3.Karali
4.Baung
5.Pelus
6.Genggehek


Aku rindu Way seputih yang dulu.........Bisakah Aku Alami dan
Ku temukan Suasana Way Seputih seperti yg
Dulu........??????????????????????????????????????????????