Intrusi atau naiknya air garam ke permukaan kembali terjadi di wilayah muara DAS Way Seputih , Masyarakat yang tinggal di Kampung Cabang Kecamatan Bandar Surabaya merupakan daerah muara way seputih yang berbatasan langsung dengan laut jawa harus mengalami kondisi ini tiap tahun.
Intrusi pada tahun ini terjadi hampir 3 bulan ini, dan paling parah dirasakan dampaknya yaitu pada pertengahan September hingga saat ini. Tanaman-tanaman semusim yang diusahakan oleh petani kuala seputih mengalami kematian karena tingginya kadar air garam yang naik ke permukaan, Produksi padi pada lahan pasang surut pun mengalami kemerosotan bahkan sampai gagal panen. Rata2 produksi padi pada lahan pasang surut mencapai 5 ton/ha kini hanya menghasilkan 2-3 ton saja per hektarnya. Kondisi ini membuat prihatin masyarakat di Kampung cabang, karena akan berakibat pada ancaman rawan pangan. Tingginya kadar air garam yang naik ke permukaan juga membuat Populasi tanaman enceng gondok yang tumbuh liar di muara Way seputih mengalami kematian. Aktifitas pertanian di lahan pasang surut kuala seputih sementara ini mengalami kelumpuhan.
Petani belum berani untuk bercocok tanam meski mulai turun hujan, karena intrusi masih terjadi.
Hasil tangkapan ikan para nelayan di kuala seputih pun juga menurun, bahkan banyak nelayan enggan mencari ikan karena hasil tangkapan yang diperoleh tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Intrusi merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi di wilayah yang berdekatan dengan perairan laut.
Tak ada yang bisa diperbuat oleh penduduk yang bermukim di kawasan muara karena pada kondisi tersebut untuk beraktifitas cocok tanam sia-sia saja. Wajar bila ancaman kelaparan atau rawan pangan selalu menghantui warga di daerah muara karena apapun yang diusahakan dalam bidang tanaman pangan harus berhadapan dengan resiko Intrusi yang terjadi.
Intrusi pada tahun ini terjadi hampir 3 bulan ini, dan paling parah dirasakan dampaknya yaitu pada pertengahan September hingga saat ini. Tanaman-tanaman semusim yang diusahakan oleh petani kuala seputih mengalami kematian karena tingginya kadar air garam yang naik ke permukaan, Produksi padi pada lahan pasang surut pun mengalami kemerosotan bahkan sampai gagal panen. Rata2 produksi padi pada lahan pasang surut mencapai 5 ton/ha kini hanya menghasilkan 2-3 ton saja per hektarnya. Kondisi ini membuat prihatin masyarakat di Kampung cabang, karena akan berakibat pada ancaman rawan pangan. Tingginya kadar air garam yang naik ke permukaan juga membuat Populasi tanaman enceng gondok yang tumbuh liar di muara Way seputih mengalami kematian. Aktifitas pertanian di lahan pasang surut kuala seputih sementara ini mengalami kelumpuhan.
Petani belum berani untuk bercocok tanam meski mulai turun hujan, karena intrusi masih terjadi.
Hasil tangkapan ikan para nelayan di kuala seputih pun juga menurun, bahkan banyak nelayan enggan mencari ikan karena hasil tangkapan yang diperoleh tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Intrusi merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi di wilayah yang berdekatan dengan perairan laut.
Tak ada yang bisa diperbuat oleh penduduk yang bermukim di kawasan muara karena pada kondisi tersebut untuk beraktifitas cocok tanam sia-sia saja. Wajar bila ancaman kelaparan atau rawan pangan selalu menghantui warga di daerah muara karena apapun yang diusahakan dalam bidang tanaman pangan harus berhadapan dengan resiko Intrusi yang terjadi.
No comments:
Post a Comment