Wednesday, October 26, 2011

Seperempat Ke-1 Perjalanan Air Ku..


Saat ini aku akan menulis dengan gaya santai ku, lepas dulu lah atribud yang lain. Akan ku tuangkan seperempat perjalana pertama ku untuk Way Seputih di blog yang dibangun dan diperuntukan pada sebuah komunitas kecil yang bercita-cita menjadikan sungai ku kembali jernih, tenang dan lestari.

Ku mulai dari perjalanan pertama ku di hulu..
Ada gunung, ada hutan lindung, ada hutan marga, ada hijau dan adapula kegersangan di sana..
ada batubara, ada pospat, bahkan ada juga yang mengatakan di dalam perut gunung register 39 Kota Agung Utara dan Reg 22 Way Waya ada emas dan intan, semoga tidak ada kaulo ada bakal habis tuh gunung, dan bakal hilang tuh yang namanya hulu...

Menceritakan lagi dari cerita masyarakat di hulu tentang HL Reg 39 KAU, itu daerah tangkapan air utama bagi si DAS Way Seputih sekaligus habitat dari berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Kalau dari pernyataan warga di gunung sih taon 2007 lalu ada seekor harimau terperangkap jerat milik pemburu di hulu sungai kali pasir..beruntung si harimau bisa lepas dari jerat dan hanya meninggalkan beberapa helai bulu dan bekas jejak saja, kalau samapi kena wah..ngak tau deh gimana nasibnya si Pantera tigris sumatrensis alias mbah rimba itu..

Selain si raja rimba ada juga tuh di HL Reg 39 KAU beruang madu, tapir, siamang, trenggiling, babi hutan, rusa, kijang, rangkong, macan akar dan macan dahan pasti ada banyak lagi deh satwa lain dari yang kecil sampai yang besar apalagi jenis serangga..

Kalau tumbuhan nih yang menarik dan mejadi dayatarik sehingga orang jadi tertarik (terserah engelnya dari mana), ada beberapa famili pohon Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Annaonaceae, Neolitsia cassianeforia, Psychottria rhinocerotes, Areca sp, Globba pendela..ya kira-kira hampir sama dengan tumbuhan di hutan hujan bukit TNBBS gitu..

Cerita tragis untuk sebuah ekosistem di HL Reg 39 KAU, itu berawal munculnya era reformasi taon 98-99 lah, perambahan dan pembukaan lahan terjadi besar-besaran di kawasan HL Reg 39 KAU oleh masyarakat seiring dengan maraknya isu tentang hutan kemasyarakatan (HKM), penebangan kayu dan pembukaan lahan perkebunan dan pertanian marak dilakukan secaera besar-besaran dan tak terkendali, jelas-jelas mengusik dan merusak habitat satwa dan tubuhan..

Ya muncul deh yang namanya degradasi lahan di HL Reg 39 KAU, wah jangan sampai masyarakat tak paham bahwa degradasi yang terjadi di hulu DAS akibat aktivitas manusia bisa mengganggu proses hidrologi yang berdamapak pada hilangnya kesetabilan debit air...

Tugas hulu itu memberikan suplai air yang cukup untuk tengah dan hilir, ya.. sepanjag air mengalir lah. Hulu itu didisain oleh Tuhan YME menjadi bank air dan masyarakat dipersilahkan menabung, menanam saham dan menjaga saldonya dengan baik dalam bentuk tanaman yang memiliki nilai konservasi tinggi, ya yang bisa mengikat air deh bukan tanaman yang bisa menghabiskan air..jangan jadikan hulu seperti salon rambut (potong, cukur, gundul).

Tapi tatap saja ada yang membuka salon rambut di kawasan HL Reg 39 KAU, wong kayu-kayu besar dah banyak yang hilang, gaharu hitam yang paling terkenal di HL Reg 39 pun tak bersisa, berganti komoditi tanaman kebun dan pangan nampaknya. Terasa sekali saat ini dampak degradasi lahan hutan, debit air pun menurun derastis bahkan di hilir pun terasa sekali dampaknya. untuk hilir disave dulu buat seperempat ke-2 catatan perjalanan air.

Kawan-kawan dari Pam Swakarsa dan Polhut juga berbagi informasi tentang penertipan dan penurunan para perambah, belum lama ini terjadi di HL yang ada di Marga Jaya Kec Pubian, perambah yang datang sebetulya bukan warga asli Marga Jaya tapi warga yang datang dari wilayah lain di luar Marga Jaya. Ada sebablah mengapa para perambah nekat membuka lahan di hutan kawasan..itu bisa dibaca pada rubrik opini Publikrakatau.com.

Yang terpenting untuk penyelamatan hulu adalah membuat suatu skema pengelolaan yang terintegrasi melalui pendekatan partisipatif kepada masyarakat dengan melibatkan stakeholder dalam pengelolaan dan penyelamatan kawasan hulu yang juga bisa menjadi solusi dalam mengatasi aktivitas perambah . Kebijakan tata ruang harus dimainkan dari hulu maupun sampai hilir. To be continue ke seperempat perjalanan air ke-2 untuk wilayah tengah DAS Way Seputih.











2 comments:

Rita said...

Tugas hulu itu memberikan suplai air yang cukup untuk tengah dan hilir...

berapa persen tutupan lahan di bagian hulu yg harus tetap berhutan? 30%? apa penjelasannya?

Moes Jum said...

Beruntunglah Way Seputih, karena ada yg bisa menuliskan uneg2 spt ini. Semoga keberuntungan ini makin bertambah dgn upaya perbaikan kondisi daerah hulu dan daerah tangkapan air lainnya dari sungai ini. Kalo Pemerintah setempat gak bisa juga melakukannya, maka masyarakat pasti bisa (asal mau aja).